
Perjalanan sekeripik singkong dimulai dari dalam tanah. Umbi singkong, yang sering dipandang sebelah mata sebagai bahan pangan kelas kedua, justru menyimpan potensi luar biasa. Dipanen dari kebun-kebun, singkong kemudian dicuci bersih untuk menghilangkan kotoran dan tanah yang menempel.
Langkah selanjutnya adalah pengupasan. Kulit singkong yang keras dan tidak bisa dimakan harus dibuang dengan hati-hati. Singkong yang telah bersih kemudian diiris tipis. Di industri rumahan, ini sering masih dilakukan secara manual dengan pisau atau alat pengiris tradisional. Sementara di pabrik, mesin pengiris berputarlah yang bertugas menciptakan ribuan irisan tipis dan seragam dalam waktu singkat.
Irisan singkong mentah ini kemudian direndam dalam air garam atau kapur sirih. Tujuan proses perendaman ini adalah untuk mengeluarkan getah dan sedikit pati, serta membantu singkong menjadi lebih renyah setelah digoreng. Setelah direndam, irisan singkong dijemur di bawah sinar matahari hingga benar-benar kering. Tahap pengeringan ini sangat krusial untuk menentukan tekstur akhir.
Tahap paling dramatis adalah penggorengan. Irisan singkong kering yang tipis itu bertemu dengan minyak panas. Dalam hitungan detik, perubahan terjadi: warna berubah menjadi kuning keemasan, tekstur mengeras, dan volume mengembang. Proses ini harus cepat dan pada suhu yang tepat untuk menghindari menyerap terlalu banyak minyak dan menjadi lembek.
Akhirnya, keripik yang telah digoreng didinginkan terlebih dahulu sebelum dibumbui. Pembumbuan dilakukan saat keripik sudah dalam keadaan dingin agar bumbu bisa menempel dengan sempurna. Dan jadilah, dari sebuah umbi sederhana, tercipta camilan renyah yang disukai oleh segala usia.